Selalu Ada Jalan Keluar

Monday 13 November 2017
Pernahkan Anda mengalami seperti masuk ke dalam sebuah jalan buntu. Bingung mau melakukan apa? Bingung kemana arah langkah kita selanjutnya? Saya pernah mengalami dan ternyata banyak orang lain pun yang mengalami hal sama. Jika Anda pernah mengalami, bahkan sedang mengalami, dan kemungkinan akan mengalami suatu saat, tenang saja. Anda tidak sendiri. Saya akan jelaskan bagaimana mengatasinya.
Saya bukan orang segala bisa, memang siapa yang segala bisa? Kebingungan bisa menghampiri siapa pun, ada yang bingung mau makan apa hari ini ada juga yang bingung bagaimana membayar cicilan mobil bulan ini. Ada yang bingung membayar utang, ada juga yang bingung mau investasi kemana. Semua orang mengalami kebingungan, hanya saja pada level dan aspek yang berbeda.
Lalu bagaimana mengatasinya?
  • Tenang saja, jangan panik. Meskipun buru-buru, dengan panik justru akan memperburuk keadaan.
  • Berdo’alah dengan seyakin-yakinnya untuk meminta solusi kepada Allah.
  • Berikhtiarlah sedapat mungkin untuk menjemput solusi yang sudah kita minta kepada Allah.
“Iya… ikhtiar. Tapi bagaimana? Saya bingung.”
Ada dua ikhtiar yang selalu bisa Anda lakukan. Yaitu bertanya dan minta tolong. Mulailah dari orang-orang terdekat. Anda pasti banyak saudara, banyak teman, bahkan sahabat. Dari pengalaman saya, solusi sering datang dari orang-orang terdekat. Mulailah dari mereka, jika Anda meminta bantuan atau bertanya dengan baik, mereka atau sebagian mereka akan berusaha membantu.
Jika tidak bisa, teruslah bertanya. Misalnya, jika orang terdekat Anda berkata “Maaf, saya tidak bisa membantu.” Jangan dulu menyerah. Tanyakan saja: “Siapa (lagi) yang bisa membantu saya?” Dengan demikian, Anda tidak akan pernah kehabisan sumber bantuan. Prinsip referal, bukan hanya digunakan saat menjual, saat meminta bantuan pun akan sangat berguna. Prinsipnya: “Jika teman Anda tidak bisa, mungkin teman dari teman Anda ada yang bisa”. Jangan mudah menyerah.
Saya sering mendapatkan email, SMS, atau YM dari orang yang meminta bantuan. Saya coba untuk membantu sebisa mungkin. Saat saya mencoba memberikan solusi, seringkali mereka mengatakan “tapi”. Saya sering menemukan, bahwa mereka bukannya mencari solusi, tetapi mencari pembenaran bahwa mereka sedang terpuruk dan tidak ada jalan keluar.
Jika Anda serius mencari solusi, jangan mengatakan “tapi” saat ada solusi. Meskipun solusi tersebut terlihat tidak mungkin. Cobalah untuk berpikir terbuka, sebab seringkali bukan tidak ada solusi, tetapi orang sering menutup pikirannya untuk solusi. Daripada mengatakan “tapi”, tanyakan saja, “Bagaimana caranya?”. Bisa jadi apa yang sebelumnya terlihat mustahil, berubah menjadi hal mudah setelah tahu caranya.
Jadi, tenang, berdo’a, dan carilah solusi diiringi pikiran yang terbuka akan solusi. Kadang, solusi datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Bisa jadi solusi datang dari orang yang tidak Anda kenal sama sekali. Yakinlah akan pertolongan Allah. Selalu ada jalan keluar.

2 HAL AGAR RIZKI MENDAPAT KEBERKAHAN

Tuesday 25 April 2017
 MAKNA KEBERKAHAN
Betapa sering kita mengucapkan, mendengar, mendambakan dan berdo’a untuk mendapatkan keberkahan, baik dalam umur, keluarga, usaha, maupun dalam harta benda dan lain-lain. Akan tetapi, pernahkah kita bertanya, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan keberkahan itu? Dan bagaimana untuk memperolehnya?

Apakah keberkahan itu hanya terwujud jamuan makanan yang kita bawa pulang saat kenduri? Atau apakah keberkahan itu hanya milik para kiyai, tukang ramal, atau para juru kunci kuburan, sehingga bila salah seorang memiliki suatu hajatan, ia datang kepada mereka untuk “ngalap berkah”, agar cita-citanya tercapai?
Bila kita pelajari dengan sebenarnya, baik melalui ilmu bahasa Arab maupun melalui dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan mendapatkan bahwa kata al-barakah memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas dan agung. Secara ilmu bahasa, al-barakah, berarti berkembang, bertambah dan kebahagian [1]. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata : “Asal makna keberkahan, ialah kebaikan yang banyak dan abadi” [2]
DAHULU, SABA MERUPAKAN NEGERI PENUH BERKAH
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang negeri mereka.

بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“(Negerimu adalah) negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun” [Saba/34 : 15]
Ayat diatas berbicara tentang negeri Saba’ sebelum mengalami kehancuran lantaran kekufuran mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kisah bangsa Saba’, suatu negeri yang tatkala penduduknya beriman dan beramal shalih, maka mereka dilingkupi dengan keberkahan. Sampai-sampai ulama ahli tafsir mengisahkan, kaum wanita Saba’ tidak perlu bersusah-payah memanen buah-buahan di kebun mereka. Untuk mengambil hasil buahnya, cukup menaruh keranjang di atas kepala, lalu melintas di kebun, maka buah-buahan yang telah masak akan berjatuhan memenuhi keranjangnya, tanpa harus memetik atau mendatangkan pekerja untuk memanennya.
Sebagian ulama lain juga menyebutkan, dahulu di negeri Saba’ tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya. Kondisi demikian itu lantaran udaranya yang bagus, cuacanya bersih, dan berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa meliputi mereka. [3]
Kisah keberkahan yang menakjubkan pada zaman keemasan umat Islam juga pernah diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :”Sungguh, biji-bijian dahulu, baik gandum maupun yang lainnya lebih besar dibanding dengan yang ada sekarang, sebagaimana keberkahan yang ada padanya (biji-bijian kala itu, pent) lebih banyak. Imam Ahmad rahimahullah telah meriwayatkan melalui jalur sanadnya, bahwa telah ditemukan di gudang sebagian kekhilafahan Bani Umawi sekantung gandum yang biji-bijinya sebesar biji kurma, dan bertuliskan pada kantung luarnya :”Ini adalah gandum hasil panen pada masa keadilan ditegakkan” [4]
Bila demikian, tentu masing-masing kita mendambakan untuk mendapatkan keberkahan dalam pekerjaan, penghasilan dan harta. Sehingga kita bertanya-tanya, bagaimanakah cara agar usaha, penghasilan dan harta saya diberkahi Allah?
DUA SYARAT MERAIH KEBERKAHAN
Untuk memperoleh keberkahan dalam hidup secara umum dan dalam penghasilan secara khusus, terdapat dua syarat yang mesti dipenuhi.

Pertama. Iman Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Inilah syarat pertama dan terpenting agar rizki kita diberkahi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf/7 : 96]
Demikian, balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.
Di antara perwujudan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berkaitan dengan penghasilan, ialah senantiasa yakin dan menyadari bahwa rizki apapun yang kita peroleh merupakan karunia dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala , bukan semata-mata jerih payah atau kepandaian kita. Yang demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kadar rizki setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.
Bila kita pikirkan diri dan negeri kita, niscaya kita bisa membukukan buktinya. Setiap kali kita mendapatkan suatu keberkahan, maka kita lupa daratan, dan merasa keberhasilan itu karena kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap terjadi kegagalan atau bencana, maka kita menuduh alam sebagai penyebabnya, dan melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bila demikian, maka mana mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkahi kehidupan kita? Bukankah pola pikir semacam ini yang telah menyebabkan Qarun mendapatkan adzab dengan ditelan bumi? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا
“Qarun berkata : “Sesunguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta kumpulannya ..” [Al-Qashah/28: 78]
Perwujudan bentuk yang lain dalam hal keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala berkaitan dengan rizki, yaitu kita senantiasa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika hendak menggunakan salah satu kenikmatan-Nya, misalnya ketika makan.
عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان يَأْكُلُ طَعَاماً في سِتَّةِ نَفَرٍ من أَصْحَابِهِ فَجَاءَ أعرابي فَأَكَلَهُ بِلُقْمَتَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا إِنَّهُ لَوْ كَانَ ذَكَرَ اسْمَ اللَّهِ لَكَفَاكُمْ. رواه أحمد والنَّسائي وابن حبان
“Dari Sahabat Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu saat sedang makan bersama enam orang sahabatnya, tiba-tiba datang seorang Arab badui, lalu menyantap makanan beliau dalam dua kali suapan (saja). Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ketahuilah seandainya ia menyebut nama Allah (membaca Bismillah, pent), niscaya makanan itu akan mencukupi kalian”. [HR Ahmad, An-Nasa-i dan Ibnu Hibban]
Pada hadits lain, Nab Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah bahwasanya salah seorang dari kamu bila hendak menggauli istrinya ia berkata : “Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami”, kemudian mereka berdua dikaruniai anak (hasil dari hubungan tersebut, pent) niscaya anak itu tidak akan diganggu setan” [HR Al-Bukhari]
Demikian, sekilas penjelasan peranan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang terwujud pada menyebut nama-Nya ketika hendak menggunakan suatu kenikmatan, sehingga mendatangkan keberkahan pada harta dan anak keturunan.
Kedua : Amal Shalih
Yang dimaksud dengan amal shalih, ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah hakikat ketakwaan yang menjadi syarat datangnya keberkahan sebagaimana ditegaskan pada surat Al-A’raf ayat 96 diatas.

Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Ahlul Kitab yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
“Dan sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka” [Al-Ma’idah : 66]
Para ulama tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan “mendapatkan makanan dari atas dan dari bawah kaki”, ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meielimpahkan kepada mereka rizki yang sangat banyak dari langit dan dari bumi, sehingga mereka akan mendapatkan kecukupan dan berbagai kebaikan, tanpa susah payah, letih, lesu, dan tanpa adanya tantangan atau berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka [5]
Di antara contoh nyata keberkahan harta orang yang beramal shalih, ialah kisah Khidir dan Nabi Musa bersama dua orang anak kecil. Pada kisah tersebut, Khidir menegakkan tembok pagar yang hendak roboh guna menjaga agar harta warisan yang dimiliki dua orang anak kecil dan terpendam di bawah pagar tersebut , sehingga tidak nampak dan tidak bisa diambil oleh orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmn.
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu” [Al-Kahfi/18 : 82]
Menurut penjelasan para ulama tafsir, ayah yang dinyatakan dalam ayat ini sebagai ayah yang shalih itu bukan ayah kandung dari kedua anak tersebut. Akan tetapi, orang tua itu ialah kakeknya yang ketujuh, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tukang tenun.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pada kisah ini terdapat dalil bahwa anak keturunan orang shalih akan dijaga, dan keberkahan amal shalihnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Ia akan memberi syafa’at kepada mereka, dan derajatnya akan diangkat ke tingkatan tertinggi, agar orang tua mereka menjadi senang, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah’ [6]
Sebaliknya, bila seseorang enggan beramal shalih, atau bahkan malah berbuat kemaksiatan, maka yang ia petik juga kebalikan dari apa yang telah disebutkan di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
(إن الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ) رواه أحمد وابن ماجة والحاكم وغيرهم
“Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rizkinya akibat dari dosa yang ia kerjakan” [HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim dll]
Membusuknya daging dan basinya makanan, sebenarnya menjadi salah satu dampak buruk yang harus ditanggung manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa itu semua terjadi akibat perbuatan dosa umat manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لَوْلَا بَنُو إِسْرَائِيلَ لَمْ يَخْبُثْ الطَّعَامُ وَلَمْ يَخْنَزْ اللَّحْمُ (متفق عليه)
“Seandainya kalau bukan karena ulah Bani Israil, niscaya makanan tidak akan pernah basi dan daging tidak akan pernah membusuk” [Muttafaqun ‘alaih]
Para ulama menjelaskan, tatkala Bani Israil diberi rizki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa burung-burung salwa (semacam burung puyuh) yang datang dan dapat mereka tangkap dengan mudah setiap pagi hari, mereka dilarang untuk menyimpan daging-dading burung tersebut. Setiap pagi hari, mereka hanya dibenarkan untuk mengambil daging yang akan mereka makan pada hari tersebut. Akan tetapi, mereka melanggar perintah ini, dan mengambil daging dalam jumlah yang melebihi kebutuhan mereka pada hari tersebut, untuk disimpan. Akibat perbuatan mereka ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghukum mereka, sehingga daging-daging yang mereka simpan tersebut menjadi busuk. [7]
Demikian, penjelasan dua syarat penting guna meraih keberkahan.
_______
Footnote
[1]. Al-Misbahul-Munir, 1/45. Al-Qamus Al-Muhith, 2/1236. Lisanul Arab 10/395
[2]. Syarhu Shahih Muslim, oleh An-Nawawi 1/225
[3]. Tafsir Ibnu Katsir, 3/531
[4]. Lihat Zadul Ma’ad, 4/363 dan Musnad Ahmad 2/296
[5]. Tafsir Ibnu Katsir, 2/76
[6]. Tafsir Ibnu Katsir, 3/99
[7]. Ma’alimut Tanzil, 1/97. Syarhu Shahih Muslim 10/59 Fathul Bari 6/411






DELAPAN HAL GRATIS YANG MENENTUKAN KESUKSESAN ANDA

Friday 21 August 2015



Abiiklil.blogspot.com-Setiap orang pasti senang jika bisa mendapatkan sesuatu yang gratis, apalgi sesuatu yang sangat bermanfaat. Gratis itu artinya tidak perlu mengorbankan uang sama sekali untuk mendapatkannya. Namun, sering karena mendapatkan sesuatu secara gratis, kita jadi kurang menghargai apa saja yang bida didapatkan secara gratis. Contoh, jarang sekaliorang bersyukur bisa mendapatkan sinar matahari , udara dan waktu secara gratis , padahal ketiga hal tersebut sangat vital bagi kehidupan.
Sebenarnya setiap orang dalam hidup ini bisa mendapatkan berbagai hal gratis lainnya yang sangat menentukan terhadap kusuksesannya. Setidaknya ada 8 (delapan ) hal gratis yang sangat menentukan kesuksesan anda. Kedelapan  hal yang saya maksud adalah ; ide , kesempatan, cita-cita, rencana,semangat, mental, sahabat dan do’a.
1.    IDE (membuat anda mendapatkan hasil yang berbeda)
Ide adalah sesuatu yang dahsyat, bernilai dan sekaligus menentukan kesuksesan anda. Semua produk yang ada sekarang berasal dari ide-ide yang sudah terwujud. Ide-ide terbaik lahir dari pikiran yang besar, yakni pikiran yang gemar menghasilkan ide-ide baru. Ide dapat membuat anda menjadi kaya, terkenal, sukses dan sebagainya. Idelah yang membuat anda mampu mencapai kemajuan demi kemajuan   dalam setiap aspek kehidupan.semakin anda memiliki banyak ide baru, semakin besar peluang anda untuk meraih kesuksesan. Meski ide merupakan hal sangat luar biasa, namun ide itu merupakan hal yang gratis.
2.    KESEMPATAN (menanti kejelian anda melihat dan memanfaatkannya)
Kesempatan adalah pelengkap ide-ide anda untuk mencapai kesuksesan. Semua ide memerlukan kesempatan untuk dapat diwujudkan. Artinya , ide sebagus apapun tidak banyak manfaatnya jika anda tidak melihat ada kesempatan untuk mewujudkannya. Sebaliknya, kesempatan sebaik apapun akan sulit dimanfaatkan tanpa ide-ide yang cemerlang. Kesempatan sesungguhnya selalu bersama anda meski tidak anda sadari. Kesempatan  selalu jauh lebih banyak melampaui masalah karena sebenarnya masalah juga merupakan bagian dari kesempatan. Coba perhatikan kehidupan anda. Ketika mengalami kegagalan dalam melakukan satu hal, anda mendapatkan kesempatan untuk belajar dari  kegagalan tersebut. Bukankah itu juga  merupakan sebuah kesempatan ? Dan  juga Sebenarnya setiap orang selalu memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan setidaknya pada satu bidang, tinggal apakah anda mampu menemukan dibidang apa anda bisa sukses, itulah kesempatan emas yang dimiliki setiap orang. Jadi, kesempatan itu milik mereka yang melihat dan mampu memanfaatkannya. Itulah uniknya kesempatan. Ia selalu hadir tapi tidak setiap orang mampu melihatnya.

3.    CITA-CITA (sesuatu yang harus anda miliki jika ingin sukses)
Cita-cita mutlak diperlukan bagi suatu kesuksesan. Mengapa? Karena cita-cita mencakup tujuan, sasaran, atau impian yang hendak diwujudkan. Tanpa cita-cita , orang akan sangat sulit bahkan mungkin mustahil meraih kesuksesan karena ia tidak tahu apa yang ingin dicapai. Cita-cita membuat seseorang mengerahkan seluruh potensi dirinya secara maksimal. Tidak  ada kesuksesan yang kebetulan bisa diraih, setiap kesuksesan betapapun kecil, selalu didahului adanya sebuah cita-cita.
4.    RENCANA (persiapan untuk meraih kesuksesan)
Anda hanya bisa memperoleh hasil yang nyata jika telah mengetahui dengan persis apa yang ingin anda capai dan memiliki rencana yang matang untukmencapainya. Rencana dikatakan sebagai tindaklanjut dari cita-cita anda. Rencana juga merupakan hal gratis yang menentukan kesusksesan anda. Rencana yang baik kemungkinan besar akanmendatangkan hasil yang baik pula.tanpa memiliki rencana berarti anda sedang merencanakan untuk gagal. Mengapa? Karena jika anda tidak memiliki rencana , kemungkinan anda bisa sukses sangat kecil.rencana mencakup persiapan untuk mencapai tujuan atau cita-cita. Benjamin franklin pernah mengatakan “jika anda tidak melakukan persiapan , anda siap gagal”. Dengan kata lain anda , anda perlu rencana yang matang untuk mencapai cita-cita. Jika perlu , tuliskan semua rencana anda diatas kertas. Anda juga dapat menyusun rencana dalam bentuk Mind map.

5.    SEMANGAT (Bahan bakar yang menjadikan anda terus melangkah maju)
Semangat bisa diibaratkan seperti pasokan BBM kendaraan.  Semakin banyak persediaan BBM, semakin besar peluang kendaraan anda bisa sampai tujuan.  Sedangkan jika anda kehabisan BBM , maka kendaraan anda dalam kondisi sebaik apapun tidak akan bisa dijalankan.inilah keistimewaan semangat. Semangat membuat anda terus melangkah maju walaupun dalam kondisi sulit.   Dengan kata lain, semangat sering menjadi penentu keberhasilan anda melakukan sesuatu, yakni mengubah kekalahan menjadi kemenangan, kesulitan menjadi kesempatan, dan kegagalan menjadi batu loncatan. Saat saya menulis artikel ini, saya bersemangat sekali karena saya percaya pembacapun akan membacanya dengan penuh semangat.
6.    MENTAL (Keberanian untuk meraih kesuksesan)
Mental adalah watak yang melekat pada seseorang. Mental sering berkaitan dengan keberanian menghadapi atau melakukan sesuatu. Mental juga merupakan salah satu hal gratis yang menentukan kesuksesan anda. Untuk meraih kesuksesan , orang perlu memiliki mental yang kuat. Mengapa ? mental yang kuat memampukan seseorang bertahan dalam kondisi yang paling sulit, karena dalam kondisi sulit itulah biasanya akan terlihat kualitas mental seseorang.mental yang kuat akan menghaslkan ketekunan, sedangkan mental nyang lemah membuat orang mudah putus asa sehingga cenderung memilih menyerah. Ada beberapa kondisi yang sering menjadi batu ujian mental seseorang, yaitu ; menghadapi tantangan, menghadapi kegagalan, menghadapi kesulitan, menghadapi kritik, menghadapi penolakan.

7.    SAHABAT (orang yang menolong kita meraih kesuksesan )
Kesuksesan seseorang tidaklah benar-benar 100% usaha sendiri , akan tetapi selalu saja ada orang-orang dibelakang layar yang berperan sangat besar menentukan kesuksesan mereka. Pepatah cina mengatakan “ Dibelakang setiap orang hebat, selalu ada orang-orang hebat lainnya”. Jadi , tidak mungkin seseorang meraih kesuksesan dengan kekuatan sendiri betapapun hebatnya dirinya. Jika anda ingin sukses, suka atau tidak suka, anda pasti membutuhkan orang lain, yakni sahabat sejati. Woodrow Wilson memberikan nasehat “Janganlah kita hanya menggunakan otak kita sendiri, tapi juga semua otak yang dapat kita pinjam”. Prinsip ini bisa diperluas tidak hanya sebatas otak, tapi perlu juga menggunakan semua tenaga, wakt, keahlian, bakat dan  sebaginya  yang dapat dipinjam dari orang lain. Jadi , jika ingin meraih kesuksesan , anda perlu menyadari keterbatasan diri anda. Kemampuan dan kekuatan anda sendiri tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan. Karena itu, anda memerlukan sahabat yang rela dan bersedia menolong anda meraih kesuksesan.  Jangan pernah berfikir bahwa anda mampu meraih kesuksesan tanpa bantuan siapapun.
8.    DO’A (menyulap sesuatu yang tadinya mustahil menjadi mungkin)
Tibalah saatnya saya menulis hal gratis kedelapan yang menentukan kesuksesan anda. Perhatikan ungkapan ini ; “ Al-‘Abdu Fi’t-Tafkīr wa’r-rabbu bi’t-tadbīr “ ( manusia berencana Tuhan jualah yang menentukan) . Perjalanan menuju sukses tidak jauh beda dengan kata mutiara ini. Sukses boleh direncanakan, namun hasil akhir tetap di tangan Allah Jalla wa‘ala. Berencana untuk sukses hukumnya wajib, tapi hasil sukses; tetaplah Allah yang menentukan. Dalam keyakinan Muslim, doa adalah pintu penjebol segala yang tertutup. Doa bisa menyulap sesuatu yang tadinya mustahil menjadi mungkin. Jangankan pintu sukses, pintu qadar saja bisa dibuka oleh doa. Jadi ,jangan pernah terlintas rasa putus asa, Mengapa putus-asa dilarang? Jawabannya, karena memustahilkan fungsi doa. Padahal Nabi s.a.w bersabda, ”Lā yaruddu al-qadar illa’d-du΄ā ( tidak ada satupun yang bisa merubah taqdir, kecuali doa). Allah adalah dzat pembuat taqdir manusia, tapi Allah juga yang Maha berkehendak merubah taqdir  itu.

Itulah kedelapan hal gratis yang menentukan kesuksesan anda. Bagi saya, sukses itu, jika anda mendapatkan apa yang anda cari dalam hidup ini. Sedang bahagia itu ialah manakala anda menyukai apa yang anda sudah peroleh, walaupun hasilnya belum maksimal. Antara sukses dan bahagia selalu berjalan bergandengan, seiring sejalan..
Ahirnya selesai juga tulisan yang singkat ini , selanjutnya apabila para pembaca menginginkan berdiskusi tentang materi ini, ataupun ada sesuatu yang ingin ditanyakan , mau curhat, bercerita dan sebaginya , maka saya persilahkan untuk berkomunikas melalui email ; abiiklil@gmail.com atau facebook https://www.facebook.com/abi.iklil . jika ingin membaca tulisan saya yang lain silahkan kunjungi blog saya;  www.abiiklil.blogspot.com . Terimakasih.


PENGARUH KESALIHAN ORANG TUA PADA ANAK CUCU

Friday 31 October 2014
Abiiklil.blogspot.com_" Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya " begitulah pepatah yang sering kita dengar. Selama ini kita percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu sebagaimana pepatah tersebut. 

Oleh karena itu manusia selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan juga bisa diturunkan. Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.

Bisa kita lihat gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’alaberfirman,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”(QS. Al Kahfi: 82)

Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
ففيه ما يدل على أن الله تعالى يحفظ الصالح في نفسه وفي ولده وإن بعدوا عنه. وقد روي أن الله تعالى يحفظ الصالح في سبعة من ذريته
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menjaga keshalihan seseorang dan menjaga keshalihan anak keturunannya meskipun jauh darinya [beberapa generasi setelahnya –pent]. Diriwayatkan [dalam kisah pada ayat] bahwa Allah menjaga keshalihan pada generasi ketujuh dari keturunannya.1

Bahkan ada beberapa ulama yang menjelaskan bahwa tidak mesti keshalihan orang tua atau kakek-nenek. Akan tetapi keshalihan kakek buyutnya beberapa generasi sebelumnya. Sebagaimana firman AllahTa’ala,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” [Ath Thuur: 21]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua/kakek-buyut mereka. maka keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Maka lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri. Mereka yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari orang tua –pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”2

Karenanya perhatikan dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Selamat berikhtiar mencari pasangan yang sholih / sholihah…
Jangan jomblo lama-lama, mengundang fitnah…


Al-Jami’ liahkamil Quran 39/11, Darul Kutubil Mishriyah, Koiro, cet. Ke-2, 1384 H, Syamilah
Taisir Karimir rahmah hal 780, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet.I, 1424 H

MENGENALI KESULITAN

Tuesday 30 September 2014

Abiiklil.blogspot.com-Alqur’an mengisyaratkan bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan susah payah. Sinyalemen Alqur’an ini memastikan bahwa tidak ada manusia yang tidak menemukan kesulitan di dalam hidupnya. Dengan kata lain kesulitan itu menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Kesulitan itu bukan sesuatu yang harus dihindari tetapi untuk diselesaikan.   Karena hidup itu adalah kesulitan-kesulitan, maka menyelesaikan kesulitan itu adalah kehidupan.

Pertanyaanya, mampukah kita mengenali kesulitan-kesulitan itu? Karena banyak orang tidak bisa mengenali kesulitan yang ada di sekitarnya. Kesulitan itu tidak hanya terjadi pada diri kita tetapi pada orang-orang yang ada di sekitar kita. “Jika kesulitan itu terjadi pada orang lain dan kita tidak peduli, maka kesulitan akan dipindahlkan kepada kita,” Maka, ketika ada orang yang datang dengan hutang sebesar 40 miliar, dia disuruh untuk menyelesaikan hutang orang yang jumlahnya kecil-kecil. Banyak yang menyangkal enggan menjalankan suruhan itu dengan alasan kesulitannya sendiri belum selesai.
“Saya mau tanya, kesulitan siapa yang sudah selesai? Masalah atau kesulitan bisnis dan kehidupan akan ada sepanjang hidup dan hanya akan berhenti ketika bisnis itu sudah mati,”. Maka ketika kita menemukan kesulitan, selesaikan kesulitan orang lain dulu. Mengapa? Karena ayatnya mengatakan seperti itu. Jika kamu membutuhkan pertolonganKu maka tolonglah orang lain. Bukan sebaliknya. “Ayat itu masih tetap on, dan belum berubah sampai hari ini. Tugas kita menyesuaikan diri dengan ayat itu,”.Kita juga harus mengenali kesulitan yang terjadi pada diri sendiri. Mengapa kesulitan itu menimpa kita. Apakah ada sesuatu yang kita lakukan sebelumnya sehingga Allah SWT mengirimkan kesulitan itu sebagai pesan yang dikirimnya kepada kita. “
Ada 3 alasan terjadinya kesulitan pada diri kita. Hanya kita yang bisa merasakan mengapa kesulitan itu terjadi,.
PertamaAda dosa besar yang kita langgar.  Kesulitan ini turun sebagai peringatan agar kita kembali. Seseorang yang berbisnis dengan memakai riba, maka Allah akan menurunkan kesulitan kepadanya agar yang bersangkutan segera hijrah dan kembali. Demikian pula orang yang bermasalah dengan orang tua  dan memutuskan silaturrahmi  dengan saudaranya biasanya akan segera kesulitan.
KeduaAkan mendapatkan kemudahan. Kesulitan diturunkan sebagai pertanda akan ada kemudahan setelah itu. Alquran beberapa kali menyebutkan bahwa dalam kesulitan itu akan ada kemudahan. “Ketika Allah akan memberikan kemudahan kepada seorang hambaNya maka Dia akan mendahului dengan kesulitan. Dengan kata lain, kemudahan itu lokomotifnya adalah kesulitan,”. Maka, ketika kesulitan itu datang yang harus dipersiapkan adalah sikap sabar dan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan kesulitan itu. 
Ketigakenaikan derajat. Kesulitan ini seperti ujian untuk menguji seorang hamba akan dinaikkan derajatnya. “Kesulitan itu sebagai tanda bahwa kita akan naik kelas. Tapi naik tidaknya derajat itu ditentukan apakah kita bisa melewati kesulitan itu apa tidak,” 

BERKURBAN SEBELUM AQIQAH ?

Saturday 21 September 2013
Abiiklil.blogspot.com-Jumhur ulama, diantaranya para ulama Syafi’i, Hambali berpendapat bahwa hukum  berkurban adalah sunnah muakkadah berdasarkan apa yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." Dikatakan kepada Sufyan, "Sebagian orang tidak memarfu’kan (hadits ini)?" Sufyan menjawab, "Akan tetapi saya memarfu’kannya."
Kata-kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didalam hadits itu,”Salah seorang dari kalian hendak berkurban.” Menunjukkan bahwa berkurban bukanlah sebuah kewajiban.
Sementara itu Abu Hanifah berpendapat bahwa kurban adalah wajib berdasarkan firman Allah swt :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾
Artinya : “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar : 2)
Mereka juga berdalil dengan apa yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkurban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami."
Adapun hukum pelaksanaan aqiqah ini adalah sunnah muakkadah, sebagaimana diriwayatkan dari Samurah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Setiap anak yang dilahirkan itu terpelihara dengan aqiqahnya dan disembelihkan hewan untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan diberikan nama untuknya.” (HR. Imam yang lima, Ahmad dan Ashabush Sunan dan dishohihkan oleh Tirmidzi)
Sementara Zhahiriyah berpendapat bahwa aqiqah adalah wajib dikarenakan hal itu diperintahkan Rasulullah sebagaimana apa yang diriwayatkan Tirmidzi dari Aisyah pernah memberitahunya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang telah cukup umur untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan." Namun jumhur ulama mengatakan bahwa perintah itu adalah anjuran bukan sebuah kewajiban.
Kesimpulan 
Dari penjelasan hukum kedua ibadah diatas bahwa keduanya adalah sunnah muakkadah menurut jumhur ulama. Adapun perihal anda yang belum diaqiqahkan orang tua sementara saat ini anda memiliki kemampuan berkurban maka jika anda mampu melaksanakan kedua-duanya dengan mengeluarkan satu ekor kambing untuk kurban dan dua ekor kambing (jika laki-laki) untuk aqiqah  sendiri maka itu lebih baik.
Akan tetapi jika  tidak memiliki kemampuan untuk itu maka mendahulukan kurban pada waktu-waktu kurban adalah lebih didahulukan dar ipada aqiqah karena waktu pelaksanaan aqiqah terhadap diri  sendiri masih bisa dilakukan pada hari-hari berikutnya berbeda dengan kurban yang terbatas pelaksanaannya.

BOLEHKAH MENAMBAH IURAN DITENGAH-TENGAH ARISAN KURBAN

DISKRIPSI MASALAH;

Abiiklil.blogspot.com-Ada 20 orang yang mengadakan arisan kurban yang direncanakan berlangsung selama 5 tahun. Masing-masing anggota menyetorkan uang arisan sejumlah Rp 300.000,- setiap tahun untuk dibelikan kambing kurban, maka terkumpul uang sebesar Rp 6.000.000 tiap periode. Dengan uang tersebut pada tahun pertama dan kedua mampu dibelikan kambing sebanyak 4 kambing. Namun pada tahun ketiga harga kambing melonjak tinggi sehingga  uang yang terkumpul dari setiap anggota arisan kurban yaitu ; Rp 6.000.000 hanya dapat tiga kambing. Melihat kondisi tersebut, sebagian anggota arisan ada mengusulkan menambah iuran arisan agar mencukupi untuk membeli empat kambing kurban.

PERTANYAANNYA;

  1. Termasuk aqad apakah arisan tersebut ?
  2. Bolehkah menambah iuran ditengah-tengah arisan ?
JAWABAN ;
  1. Termasuk aqad Qordu (hutang piutang).
    Uraian jawaban
    Arisan qurban dianggap sebagai akad hutang piutang karena melihat adanya sekelompok orang yang bersama-sama membeli kambing kemudian kambing itu dihutangkan kepada salah satu dari mereka. Akad utang piutang sangat dianjurkan oleh syara’ karena hutang piutang adalah salah satu bentuk tolong menolong (QS Al Baqoroh: 245)
  2. Tidak boleh apabila maqsud aqad tersebut utang-piutang uang (arisan uang).
    Uraian jawaban
    Dalam hutang piutang (qordlu) ada 3 rukun yang sangat menentukan status hukumnya, 3 rukun tersebut adalah :

    1. shîghot (îjab-qobûl) adalah pondasi terhadap keabsahan semua bentuk transaksi termasuk hutang piutang sehingga disini tidak cukup dengan mu’athoh (saling memberi tanpa kata-kata) artinya dalam hutang piutang ini harus ada kata-kata “Saya hutangi kamu” dari yang memberi hutang dan “saya menerima hutang dari kamu” dari orang yang menerima hutang. Atau dengan kata-kata lain yang mempunyai kandungan arti yang sama.
    2. ‘Aqidain (yang menghutangi dan yang menerima hutang)
    disyaratkan bagi ‘aqidain adalah :
    a) orang yang sempurna akalnya, sehingga anak kecil dan orang gila tidak boleh melakukan boleh melakukan hutang piutang
    b) tidak terpaksa, karena dasar semua transaksi dalam islam adalah saling rela
    c) sanggup berbuat baik (ahli tabarru’) 
    3. Ma’qud alaih yaitu objek transaksi hutang piutang ini. 
    Untuk menjawab masalah arisan qurban ini, kita fokuskan pada rukun ketiga yaitu ma’qud ‘alaih, karena perdebatan tentang boleh tidaknya menambah iuran arisan qurban di tengah-tengah arisan sedang berjalan bermula dari ma’qud alaih ini, sehingga perlu kita perjelas dulu ma’qud alaih-nya, apakah ma’qud alaihnya berupa uang atau kambing yang dijadikan qurban. 
    • Kalau ma’qud alaih-nya adalah uang maka dalam masalah arisan qurban ini ada pengembalian atau pembayaran lebih dari hutang yang telah ditentukan dalam akad sehingga hutang piutang ini termasuk bentuk riba qordlu yaitu hutang piutang dengan pengembalian lebih yang jelas dilarang syara’ (S. Al Baqoroh; 275, QS Al Baqoroh; 278-280)
    • Sedangkan kalau ma’qud alaih-nya adalah kambing maka apakah harus dikembalikan dalam bentuk kambing atau boleh dikembalikan dalam bentuk uang?
    Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus menengok syarat atau ketentuan ma’qud alaih dalam qordlu, perlu diketahui bahwa ma’qud alaih dalam qordlu ada 2 bentuk :
    1. Hal yang ada padanannya persis (mitsliyyan) seperti uang, beras, jagung dan lain-lain
    2. Hal yang bernilai (mutaqowwam) seperti hewan, tanah dan lain-lain
    Dalam masalah arisan qurban ini ma’qud alaih-nya adalah jenis kedua yaitu mutaqowwam, qordlu yang diperbolehkan dalam mutaqowwam adalah pada mutaqowwam yang jelas kriterianya, sehingga dalam arisan qurban ini kambing yang dijadikan objek arisan ini harus jelas kriterianya seperti besar kecilnya atau jenisnya.
    Kemudian dalam pengembalian hutang piutang terhadap mutaqowwam menurut pendapat yang rojih (unggul) harus menggunakan hal yang sepadan walau tidak persis yang dalam istilah fiqhnya disebut pengembalian shurotan artinya harus dikembalikan dalam bentuk kambing walau tidak bisa sama persis. Sedang pendapat yang lain boleh dikembalikan dalam bentuk uang. Dalam masalah ini jelas kita telah mengikuti pendapat yang rojih yaitu pengembalian dalam bentuk kambing.

    حاشية القليوبى على المحلى الجزء الثانى ص: 258 دار احياء الكتب
    فَرْعٌ : الْجُمُعَةُ الْمَشْهُورَةُ بَيْنَ النِّسَاءِ بِأَنْ تَأْخُذَ امْرَأَةٌ مِنْ كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْ جَمَاعَةٍ مِنْهُنَّ قَدْرًا مُعَيَّنًا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ أَوْ شَهْرٍ وَتَدْفَعُهُ لِوَاحِدَةٍ بَعْدَ وَاحِدَةٍ , إلَى آخِرِهِنَّ جَائِزَةٌ كَمَا قَالَهُ الْوَلِيُّ الْعِرَاقِيُّ
    (Far’un) Perkumpulan yang masyhur di kalangan wanita dengan cara ada seorang wanita mengambil sejumlah uang yang ditentukan dari semua anggota setiap jum’at sekali atau setiap bulan sekali, kemudian uang yang terkumpul diberikan kepada seseorang dari mereka secara bergiliran sampai semuanya mendapatkan giliran. Perkumpulan ini hukumnya boleh seperti yang dijelaskan Syaikh Wali Al Iroqy 
    o مغني المحتاج 3 ص : 
    ( وَيُرَدُّ ) فِي الْقَرْضِ ( الْمِثْلُ فِي الْمِثْلِيِّ ) ; لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إلَى حَقِّهِ وَلَوْ فِي نَقْدٍ بَطَلَ التَّعَامُلُ بِهِ (وَ) يُرَدُّ ( فِي الْمُتَقَوِّمِ الْمِثْلُ صُورَةً ) { لِأَنَّهُ صلى الله عليه وسلم اقْتَرَضَ بَكْرًا وَرَدَّ رُبَاعِيًّا وَقَالَ : إنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً } رَوَاهُ مُسْلِمٌ ; وَلِأَنَّهُ لَوْ وَجَبَتْ قِيمَتُهُ لَافْتَقَرَ إلَى الْعِلْمِ بِهَا , وَيَنْبَغِي كَمَا قَالَ ابْنُ النَّقِيبِ : اعْتِبَارُ مَا فِيهِ مِنْ الْمَعَانِي كَحِرْفَةِ الرَّقِيقِ وَفَرَاهَةِ الدَّابَّةِ , فَإِنْ لَمْ يَتَأَتَّ اُعْتُبِرَ مَعَ الصُّورَةِ مُرَاعَاةُ الْقِيمَةِ ( وَقِيلَ الْقِيمَةُ ) كَمَا لَوْ أَتْلَفَ مُتَقَوِّمًا , وَعَلَيْهِ فَالْمُعْتَبَرُ قِيمَتُهُ يَوْمَ الْقَبْضِ إنْ قُلْنَا يُمْلَكُ بِالْقَبْضِ , وَبِالْأَكْثَرِ مِنْ وَقْتِ الْقَبْضِ إلَى التَّصَرُّفِ إنْ قُلْنَا : يُمْلَكُ بِالتَّصَرُّفِ 
    Dalam Qordlu (hutang piutang) yang dikembalikan adalah padanannya ketika yang dihutang adalah perkara yang ada padanannya (mitsly), karena hal itu adalah yang lebih mendekati untuk menngembalikan hak orang yang memberi hutang, walau berupa uang yang sudah tidak laku digunakan untuk jual beli lagi. Sedangkan kalau yang dihutang berupa barang yang bernilai (mutaqowwam) maka yang digunakan membayar adalah sesuatu yang mempunyai bentuk yang sama, karena Nabi Muhammad SAW pernah hutang seekor onta Bikru (onta yang menginjak umur 6 tahun) dan membayarnya dengan seekor onta Ruba’i (onta yang menginjak umur 7 tahun), beliau bersabda: sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam membayar hutang. Alasan lain adalah bahwa seandainya harus membayar dengan harganya, maka harus diketahui harganya (ketika akad hutang piutang) 
    Menurut Ibnu Naqib dalam membayar hutang sebaiknya mempertimbangkan nilai-nilai yang ada pada barang yang dihutang seperti gemuk atau tidak pada hewan ternak. Kalau hal itu sulit dilakukan maka yang dipertimbangkan selain bentuknya juga harganya.

    o المحلي 2 ص : 
    قوله : { اقترض بكرا ورد رباعيا } والبكر ما دخل في السنة السادسة والرباعي ما دخل في السابعة ويقال له الثني . قوله : ( أو في صفة المثل ) علم أنه من جملة الصورة كحرفة العبد .وإذا اختلفا في قدر القيمة أو في صفة المثل فالقول قول المستقرض
    .
    (Nabi SAW pernah hutang Bikru dan membayarnya dengan Ruba’i) Bikru adalah onta yang menginjak umur 6 tahun dan Ruba’i adalah onta yang menginjak umur 7 tahun, Ruba’i sering disebut Tsany. Diketahui bahwa sesungguhnya sifat-sifat sepadan (sifatul mitsly) termasuk katagori bentuk seperti kemampuan bekerja hamba sahaya. 
    Kalau orang yang hutang dan orang yang memberi hutang berselisih tentang harga atau sifat-sifat sepadan maka yang dibenarkan adalah orang yang hutang

    Wallahu a'lam...
 

Abiiklil Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger